fordasbabel.org

Spirit 10th World Water Forum: Siapkah Bangka Belitung Menghadapi Ancaman Perubahan Iklim?

Rabu, 29 Mei 2024 telah diselenggarakan diskusi interaktif Ngupi dan Bekisah mengangkat tema “Spirit 10th World Water Forum: Siapkah Bangka Belitung Menghadapi Ancaman Perubahan Iklim?” di Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung. Acara ini terselenggaran atas dukungan dan kerjsama Forus DAS Bangka Belitung dan Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PWM Bangka Belitung serta dukungan BPDAS Baturusa Cerucuk.

Bapak Ir. Fadillah Sabri, S.T., M.Eng. IPM selaku Rektor Unmuh Bangka Belitung membuka acara ini  dan tentu juga dalam sesi diskusi menghadirkan narasumber yang super luar biasa:

  1. Bapak Azrul Tanjung, S.E., M.Si. (Ketua MLH PP Muhammadiyah).
  2. Bapak Edi Kurniadi, S.ST., M.M. (Plh Kadis Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bangka Belitung).
  3. Bapak Arinda Unigraha (Koordinator Relawan FORDAS Babael).
  4. Bapak Huda Bachtiar, S.Si., M.Sc. (Kasi KPISDA BWS Bangka Belitung).

World Water Forum 2024 merupakan sebuah acara penting dalam upaya global untuk menjaga keberlanjutan sumber daya air. Forum ini adalah platform internasional yang mempertemukan para pemimpin dari berbagai sektor mulai dari pemerintah, NGO, akademisi, dan sektor swasta untuk berdiskusi dan menemukan solusi terhadap tantangan air dunia.

Tujuan utama World Water Forum 2024 adalah meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya pengelolaan air yang berkelanjutan, mendorong kerjasama antar negara, dan mempromosikan solusi inovatif. Berbagai kegiatan seperti konferensi, workshop, dan proyek kolaboratif akan digelar untuk mencapai tujuan ini.

Dampak dari forum ini sudah terasa di seluruh dunia, dengan peningkatan akses terhadap air bersih, pengembangan teknologi pengolahan air, dan kebijakan pengelolaan air yang lebih baik. Namun, tantangan seperti perubahan iklim dan urbanisasi tetap menjadi hambatan yang harus diatasi bersama.

World Water Forum 2024 diharapkan dapat terus memfasilitasi kerjasama internasional dan inovasi dalam pengelolaan air, serta meningkatkan edukasi dan kesadaran publik tentang pentingnya konservasi air.

Dalam acara Ngupi dan Bekisah, Ketua MLH PP Muhammadiyah, Bapak Azrul Tanjung mengungkapkan pandangannya terkait beberapa hal tentang Provinsi Bangka Belitung dan Ancaman Perubahan Iklim serta Tantangan dan Upaya Adaptasi. Menurut beliau, Provinsi Bangka Belitung memiliki keanekaragaman hayati yang kaya dan sumber daya alam yang melimpah. Dikenal dengan keindahan pantai, terumbu karang, dan tambang timah, Bangka Belitung kini menghadapi ancaman perubahan iklim yang serius. Poin-poin pandangan Beliau dirangkum sebagai berikut:

A. Dampak Perubahan Iklim di Bangka Belitung:

  1. Kenaikan Permukaan Air Laut:
    • Menurut IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change), permukaan air laut global naik rata-rata sekitar 3.2 mm per tahun sejak 1993 .
    • Kenaikan  permukaan  air  laut  dapat  menyebabkan  erosi  pantai  di  Bangka  Belitung, menggenangi wilayah pesisir, dan merusak habitat mangrove serta terumbu karang yang penting bagi ekosistem lokal.
  2. Perubahan Pola Curah Hujan:
    • Berdasarkan  laporan  BMKG  (Badan  Meteorologi,  Klimatologi,  dan  Geofisika),  terjadi perubahan pola curah hujan di Indonesia, dengan peningkatan curah hujan ekstrem pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau .
    • Perubahan ini mengakibatkan ketidakstabilan ketersediaan air tawar, meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor, serta mengurangi produktivitas pertanian.
  3. Peningkatan Suhu:
    • Laporan IPCC menyebutkan suhu rata-rata global telah meningkat sekitar 1.1°C sejak era pra-industri.
    • Peningkatan suhu mengganggu keseimbangan ekosistem Bangka Belitung, menyebabkan pemutihan terumbu karang (coral bleaching) dan menambah tekanan pada flora dan fauna lokal.

B. Tantangan yang Dihadapi:

  1. Degradasi Ekosistem:
    • Studi menunjukkan bahwa Indonesia kehilangan sekitar 1% dari luas hutan mangrovenya setiap tahun .
    • Degradasi mangrove di Bangka Belitung mengurangi perlindungan alami terhadap erosi pantai dan hilangnya habitat penting bagi kehidupan laut.
  2. Ketahanan Pangan:
    • Penelitian menunjukkan bahwa perubahan iklim dapat mengurangi hasil panen hingga 10-25% di beberapa wilayah tropis .
    • Ketahanan pangan di Bangka Belitung terancam dengan menurunnya hasil pertanian akibat cuaca yang tidak menentu.
  3. Kesehatan Masyarakat:
    • Peningkatan suhu dan perubahan pola hujan meningkatkan risiko penyebaran penyakit seperti malaria dan demam berdarah .
    • Masyarakat  Bangka  Belitung  menghadapi  risiko  kesehatan  yang  lebih  tinggi  akibat peningkatan kejadian penyakit yang ditularkan oleh vektor.

C. Upaya Adaptasi dan Mitigasi:

  1. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berkelanjutan:
    • Restorasi mangrove dapat menyimpan hingga 1.02 ton karbon per hektar per tahun .
    • Rehabilitasi   hutan  mangrove  dan   terumbu   karang   di   Bangka  Belitung   membantu meningkatkan ketahanan ekosistem terhadap perubahan iklim.
  2. Peningkatan Infrastruktur:
    • Investasi  dalam  infrastruktur  yang  tahan  perubahan  iklim  dapat  mengurangi  kerugian ekonomi akibat bencana alam hingga 60% .
    • Pembangunan sistem drainase yang lebih baik dan pemecah gelombang dapat melindungi daerah pesisir dari banjir dan erosi.
  3. Pendidikan dan Kesadaran Publik:
    • Program  pendidikan  lingkungan  dapat  meningkatkan  pengetahuan  masyarakat  tentang perubahan iklim dan tindakan konservasi hingga 40% .
    • Peningkatan kesadaran masyarakat Bangka Belitung tentang dampak perubahan iklim dan pentingnya konservasi lingkungan.
  4. Diversifikasi Sumber Mata Pencaharian:
    • Diversifikasi ekonomi dapat mengurangi ketergantungan pada sektor-sektor yang rentan terhadap perubahan iklim hingga 30% .
    • Mengembangkan sektor pariwisata berkelanjutan dan industri kreatif di Bangka Belitung untuk mengurangi ketergantungan pada pertanian dan pertambangan.

Bangka Belitung menghadapi berbagai ancaman serius akibat perubahan iklim, termasuk kenaikan permukaan air laut, perubahan pola curah hujan, dan peningkatan suhu. Upaya adaptasi dan mitigasi yang efektif, seperti pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, pembangunan infrastruktur yang tahan perubahan iklim, serta peningkatan kesadaran publik, sangat penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan memastikan keberlanjutan wilayah ini di masa depan.